2.1
Pengertian Diabetes Militus
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein,
tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis)
yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai
akibat dari:
- Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya
- Defisiensi transporter glukosa.
- Atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu
oleh diabetes mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit
Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit
Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan
lain-lain.
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan
pankreas untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan
glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya
hiperglikemia.
DM merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart). Kadar gula
darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal
dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang
dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung
gula maupun karbohidrat lainnya.
2.2 Type – type Diabetes Militus
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma:
- Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga
rusaknya sel beta di dalam pankreas yang
disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas,
seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak
termasuk pada penggolongan ini.
- Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi
sekresi insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin
- Diabetes gestasional, yang meliputi gestational
impaired glucose tolerance, dan menurut tahap klinis tanpa
pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
·
Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus
defisiensi peptida-C.
1. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
1. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
- Not insulin requiring diabetes.
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset
diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM)
adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi
darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat
disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada
tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes
tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh
adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan
menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa
darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1,
bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa
insulin, ketosis dan diabetic
ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan
pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga
dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada
saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui
"inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus.
Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran
yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan
pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1
harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l. Beberapa
dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang
bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic
events".Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa
tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan
dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan
secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang
rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset
diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus,
NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh
rasio insulin di dalam
sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh
mutasi pada banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi
sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan
kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap
insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun
meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi
pada kromosom
19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi,
peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan
laju reaksi oksidasi dan
peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya
sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin
di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa
dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi
insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada
beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya
resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui
sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam
kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu
merusak toleransi glukosaObesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia
dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi
mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum
hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara
perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat
memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban
adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling
terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya,
jika perlu,, perawatan dengan lisan [antidiabetic drugs.
[Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya
tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap
digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan
mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan
menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis
pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu
pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau
dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek
glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan
perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang
disebut sitagliptin, baru-baru ini diperkenankan untuk
digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl
peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan
sel tumor maupun kanker.
Sebuah fenotipe sangat khas
ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah
defisiensi metabolisme
oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon tri-iodotironina menginduksi
biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP sintase pada
kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks
IV, menurunkan spesi
oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon
melatonin akan
meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria
serta meningkatkan aktivitas respiratory chain, terutama pada kompleks
I, III dan IV. Bersama dengan insulin, ketiga hormon
ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi
oksidatif mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot
jantung pada penderita diabetes.
Simtoma yang terjadi
pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan pengurangan berat
tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai
akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para
ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi
NIDDM dengan perubahan homeostasis glukosa.
Pada terapi tradisional, flavonoid yang
mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui menyebabkan
1.
peningkatan mRNA glukokinase,
- peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
- peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
- peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin
- penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
- penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar
trigliserida pada hati
- penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam
hati, antara lain dengan menekan
3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol asiltransferase
- penurunan oksidasi asam lemak di dalam
hati dan aktivitas karnitina palmitoil, antara
lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase
dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase
- meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau
menurunkan laju lintasan glukoneogenesis
sedang naringin
sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati.
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak
ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang
naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
Diabetes mellitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational
diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes
which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of
adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes
melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan,
dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat
merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM
bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5%
dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun
menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan
pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani
dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang
dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas
normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat
otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan
mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi
akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum
kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk
karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan
menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda
bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan
makrosomia, seperti distosia bahu.
2.3 Tanda dan gejala
Diabetes Militus
Tanda awal yang
dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat
langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita
kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung
atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2.4
Faktor penyebab Diabetes Militus
Penyakit diabetes bisa disebabkan
oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:
1.
Pola
makan
-
Makan
secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan
tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan
diabetes melitus.
2.
Obesitas
(kegemukan)
-
Orang
gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang
gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
3.
Faktor
genetis
- Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang
tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika
orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke
cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4.
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
- Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi
pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan
mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pancreas
- Infeksi mikroorganisme dan virus
pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan
menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon
untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol
tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
6. Pola hidup
- Pola hidup juga sangat mempengaruhi
faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki
resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga
berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang
tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus
selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus
diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke
depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam,
berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor
dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak
Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas
fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin
bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
7. Teh manis
- Penjelasannya sederhana. Tingginya
asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko
kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung
kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per
hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200
kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga
kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
8. Gorengan
- Karena
bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah
salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti
kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit
kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan
salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah
kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol
total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL
(kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat
disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi
lemak, termasuk gorengan.
9. Suka ngemil
- Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa
menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut
diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik
kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya
mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua
makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara
itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam
menaikkan kadar gula dalam darah.
10. Kurang tidur.
- Jika kualitas tidur tidak didapat,
metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari University of Chicago
mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh
memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang
tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan.
Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori
tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
11. Sering stress
- Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak
terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi
hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi
untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud
yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres
berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
12. Kecanduan rokok
- Sebuah penelitian di Amerika yang
melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif
terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko
tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak
sehat, seperti pola makan dan olahraga.
13. Menggunakan pil kontrasepsi
- Kebanyakan
pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau
progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut
dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja
hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin
dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika
terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
14. Keranjingan soda
- Dari penelitian yang dilakukan oleh
The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan
bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko
diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu
terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu,
asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum
lebih banyak.
2.5
Patofisiologi
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam
kelainan hormonal, seperti hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang
laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering
disebut terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon GH pada
akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada resistansi insulin, baik
pada hati dan organ lain, dengan
simtoma hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang
berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.
GH memang
memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan
menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah
dan asam lemak. Sebaliknya, insulin-like
growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama
pada otot lurik. Walaupun
demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak dapat menurunkan
resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam
kelebihan GH pada sebagian banyak orang, tetapi karena juga menghambat sekresi
insulin dari pankreas, terapi ini
akan memicu komplikasi pada toleransi glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada
hiperkortisolisme yang menjadi penyebab obesitas viseral,
resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia dan turunnya
toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat
bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko
kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan hipertiroidisme yang
menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.
Pada penderita tumor neuroendokrin,
terjadi perubahan toleransi glukosa yang disebabkan oleh hiposekresi insulin,
seperti yang terjadi pada pasien bedah pankreas, feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes
tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in
vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL, dan/atau
hipersekresi molekul sitotoksik,
seperti granzim dan perforin; selain
hiperaktivitas sel
T CD8- dan CD4-.
2.6 Komplikasi
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko
ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab
utama dialisis), kerusakan retina yang dapat
menyebabkan kebutaan, serta
kerusakan saraf yang dapat
menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi
yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
Komplikasi
jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan yg terkena
|
Yg terjadi
|
Komplikasi
|
Pembuluh darah
|
Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri
berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran |
Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg
jelek & bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki &
tangan, impoten & infeksi
|
Mata
|
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina
|
Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi
kebutaan
|
Ginjal
|
· Penebalan
pembuluh darah ginjal
· Protein bocor
ke dalam air kemih
· Darah tidak
disaring secara normal
|
Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal |
Saraf
|
Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir
secara normal & karena aliran darah berkurang
|
· Kelemahan
tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan
· Berkurangnya
rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki
· Kerusakan
saraf menahun
|
Sistem saraf otonom
|
Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah
& saluran pencernaan
|
Tekanan darah yg naik-turun
· Kesulitan
menelan & perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare
|
Kulit
|
Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa
yg menyebabkan cedera berulang
|
· Luka, infeksi
dalam (ulkus diabetikum)
· Penyembuhan
luka yg jelek
|
Darah
|
Gangguan fungsi sel darah putih
|
Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih
& kulit
|
Jaringan ikat
|
Gluka tidak dimetabolisir secara normal sehingga
jaringan menebal atau berkontraksi
|
· Sindroma
terowongan karpal Kontraktur Dupuytren
|
2.7 Cara pengobatan dan penanganan Diabetes Militus
Penderita diabetes tipe 1 umumnya
menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau
Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya
serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
a. Perawatan Preventif
1. Identifikasi
Penderita membawa keterangan tentang :
jenis DM, komplikasi, regimen
Pengobatan
2. Vaksinasi
Merupakan
tindakan yang baik terutama terhadap pnemokokus dan
influensa
3. Tidak merokok
3. Tidak merokok
4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi
dan hiperlipidemia
5. Perawatan kaki
2.8 Hubungan Diabetes Militus Dengan
Anggota Tubuh
- Hubungan Kesehatan Gigi dan Diabetes Melitus
Kebanyakan orang mempunyai kebiasaan suka makan malas
sikat gigi. Tapi itu juga tidak semua. Apalagi bila orang tersebut tahu benar
dengan menjaga kesehatan gigi dapat menghindarkan tubuh dari penyakit lainnya.
Salah satu penyakit yang dapat dihindari adalah penyakit diabetes melitus.
Karena menurut studi penelitian di Amerika menunjukkan bahwa penderita kerusakan
gigi kronis bisa jadi orang tersebut pengidap penyakit diabetes melitus tipe 2.
Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke
aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel sistem kekebalan tubuh
yang rusak melepaskan sejenis protein yang disebut cytokines. Cytokines inilah
penyebab kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu diabetes.
Jika ini terjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan sehat
maka orang tersebut berpeluang menderita diabetes tipe 2.
Selain itu tingginya kandungan kolesterol dari glukosa
yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama pemicu risiko diabetes bagi orang
yang mengalami kerusakan gigi. Dan kolesterol rendah dapat menolong orang sehat
untuk tidak terserang problem gangguan gigi yang mampu memicu diabetes. Untuk
itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti diet rendah kalori, rajin
mengonsumsi obat pengatur hormon insulin dan menjaga kesehatan gigi. Dan
alangkah baiknya jika orang sehat juga ikut menjaga kesehatan giginya agar
tidak berisiko terkena diabetes.
Radang gusi adalah jenis penyakit gigi yang paling
ringan, disebabkan oleh bakteri dalam plak. Penyakit ini masih bisa
disembuhkan, tapi jika disepelekan tanpa perawatan lebih lanjut bisa berkembang
menjadi penyakit gigi yang parah juga. Plak yang menempel pada rongga antara
gusi dan gigi mampu menimpulkan infeksi dan menyebabkan kasus serius. Bahkan
pada stadium tertentu, gigi harus dicabut.
Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak mampu
meregulasi kandungan glukosa. Artinya, tekanan darah bisa menjadi sangat
tinggi. Pengobatan dengan insulin bisa membantu tubuh mengontrol jumlah glukosa
pada aliran darah.
Pada diabetes tipe 2, insulin diproduksi sangat sedikit
sehingga tidak cukup jumlahnya untuk keperluan tubuh manusia. Biasanya hal ini
sangat berpengaruh pada orang berusia di atas 40 tahun. Untuk mengatasinya
dibutuhkan diet teratur dan mengonsumsi pil atau suntikan reguler.
-
Diabetes dan
Kesehatan Mata
Diabetes adalah penyakit kompleks yang merupakan
hasil dari ketidakmampuan tubuh untuk menghasilakn insulin, hormon yang
mengatur kadar gula dalam darah, membawa gula berlebih untuk disimpan di dalam
sel dan kemudian akan digunakan jika diperlukan.
Tanpa insulin yang memadai, gula di dalam darah akan
menjadi berlebih. Analoginya seperti
mobil yang penuh bensin tetapi tidak ada kuncinya; Anda mempunyai energi
untuk menggerakkan mobil, tersebut tetapi tidak bisa menggunakannya dengan
maksimal.
Diabetes dialami oleh lebih dari 16 juta warga Amerika. Sebagian besar kasus yang dialami adalah diabetes onset dewasa, yang biasanya mengenai individu berusia lebih dari 40 tahun. Salah satu faktor risiko termasuk riwayat keluarga yang menderita diabetes dan kelompok etnis tertentu. Keturunan Afrika, Amerika asli, Jepang, Latin ataupun Polinesia lebih tinggi risikonya.
Komplikasi umum penderita diabetes adalah penyakit mata akibat diabetes. Salah satunya adalah glaukoma. Komplikasi lainnya termasuk retinopati dan katarak. Retinopati diabetik adalah penyakit yang merusak pembuluh darah kecil pada retina (jaringan yang peka cahaya yang berjajar di belakang mata) yang sering dijumpai pada penderita diabetes. Selama masa hidup mereka, sekitar 16 juta penderita diabetes akan mengalami berbagai tingkatan retinopati diabetik dan setidaknya 25.000 menjadi buta tiap tahunnya. Katarak adalah pengaburan lensa mata yang mengakibatkan pudarnya penglihatan normal. Penderita diabetes mempunyai risiko hampir dua kali mengalami katarak dibandingkan yang lainnya.
Diabetes dialami oleh lebih dari 16 juta warga Amerika. Sebagian besar kasus yang dialami adalah diabetes onset dewasa, yang biasanya mengenai individu berusia lebih dari 40 tahun. Salah satu faktor risiko termasuk riwayat keluarga yang menderita diabetes dan kelompok etnis tertentu. Keturunan Afrika, Amerika asli, Jepang, Latin ataupun Polinesia lebih tinggi risikonya.
Komplikasi umum penderita diabetes adalah penyakit mata akibat diabetes. Salah satunya adalah glaukoma. Komplikasi lainnya termasuk retinopati dan katarak. Retinopati diabetik adalah penyakit yang merusak pembuluh darah kecil pada retina (jaringan yang peka cahaya yang berjajar di belakang mata) yang sering dijumpai pada penderita diabetes. Selama masa hidup mereka, sekitar 16 juta penderita diabetes akan mengalami berbagai tingkatan retinopati diabetik dan setidaknya 25.000 menjadi buta tiap tahunnya. Katarak adalah pengaburan lensa mata yang mengakibatkan pudarnya penglihatan normal. Penderita diabetes mempunyai risiko hampir dua kali mengalami katarak dibandingkan yang lainnya.
Katarak juga mempunyai kecenderungan
terjadi pada usia yang lebih muda. Hubungan antara diabetes dengan glaukoma
sudut-terbuka (tipe glaukoma yang paling umum) telah membangkitkan minat para
peniliti selama bertahun-tahun. Penderita diabetes mempunyai risiko dua kali
terkena glaukoma daripada individu non-diabetes, meskipun beberapa penelitian
baru-baru ini telah mempertanyakan hal ini. Yang lebih menarik lagi,
kemungkinan seseorang yang mempunyai glaukoma sudut terbuka kemudian menderita
diabetes ternyata lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak mempunyai
penyakit mata. Glaukoma neovaskuler, tipe glaukoma yang jarang selalu dikaitkan
dengan abnormalitas yang lain, diabetes adalah yang paling sering. Pada
beberapa kasus retinopati diabetes, pembuluh darah pada retina menjadi rusak.
Retina kemudian memproduksi pembuluh darah baru yang abnormal.
Glaukoma neovaskuler dapat
terjadi jika pembuluh darah yang baru tumbuh pada iris (bagian berwarna pada
mata), menutup cairan pada mata dan meningkatkan tekanan pada mata. Glaukoma
neovaskuler adalah penyakit yang sulit untuk diobati. Salah satu pilihan adalah
bedah laser untuk mengurangi pembuluh darah abnormal pada permukaan iris dan
retina.
Komplikasi pada mata
adalah hal yang umum terjadi pada penderita diabetes, penting bagi penderita
diabetes untuk memeriksakan kesehatan mata mereka secara rutin. Institusi Mata
Nasional (National Eye Institute) merekomendasikan penderita diabetes untuk
memeriksakan mata mereka setahun sekali.
-
Diabetes dan luka pada bagian kaki
Ulkus atau luka kaki dapat menjadi masalah yang sangat
serius bagi penderita diabetes. Penting untuk menyembuhkan ulkus secepatnya. Kerusakan
saraf pada diabetes dapat mengurangi nyeri sehingga ulkus kaki kadang tidak
menimbulkan rasa nyeri jadi sering diabaikan. Sejalan dengan waktu ulkus kaki
atau gejala-gejala penyakit dapat merusak kaki secara serius.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput
lendir. Ulkus bisa dikatakan kematian jaringan yang luas dan disertai invasif
kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM
dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang
berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus.
Sabung Ayam Live Online Terbaik & Terlengkap!
ReplyDeleteTersedia Taruhan S128 | SV388 | KUNGFU Chicken
Bonus 10% Deposit Member Baru / Cashback 5 - 10% Setiap Minggu
Daftar >> Deposit >> Withdraw Sekarang Juga Di Website www. bolavita .site
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995