TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi(Arief
Maeyer, 1999 ).
Tifoid adalah suatu penyakit pada
usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella
typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara
oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Demam tifoid adalah penyakit menular
yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi
nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal
Susunan
saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus),
intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella
typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum
minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus
dan berakhir pada seikum, panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri
dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan
otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan
lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus
terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut juga
usus dua belas jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke
kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum
ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri.
Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran
pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai
lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner
yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum
dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian
atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m.
Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium.
Akar
mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena
mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan
peritonium yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak
mempunyai batas yang tegas.
Ujung
dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama
orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter
ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula
baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali
ke dalam ileum.
Didalam
dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini
terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di
dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan
kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya
satu sentimeter sampai beberapa sentimeter. Kelenjar-kelenjar
ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus
(tifoid). Sel-sel Peyer’s adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran
mukosa. Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn
C. Pearce, 2000).
Absorbsi
makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus melalui
dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah
dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi lakteal, pembuluh darah
epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya
diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.
Karena
vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak
yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe
masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke
hati untuk mengalami beberapa perubahan. Fungsi usus halus :
1. Menerima zat-zat makanan yang sudah
dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran – saluran
limfe.
2. Menyerap protein dalam bentuk
asam amino.
3. Karbohidrat diserap dalam betuk
monosakarida.
Didalam usus halus terdapat kelenjar
yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan. Enzim yang bekerja
ialah :
1. Enterokinase, mengaktifkan enzim
proteolitik.
2. Eripsin menyempurnakan
pencernaan protein menjadi asam amino.
3. Laktase mengubah laktase menjadi
monosakarida.
4. Maltosa mengubah maltosa menjadi
monosakarida.
5. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi
monosakarida,
B.
Etiologi
Penyebab
demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,
S.paratyphi B danS.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997). Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
tifoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
tifoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun.
C.
Patofisiologi
Kuman Salmonella
typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke
usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang
mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian menembus ke
lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang
juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini
salmonella typi masuk ke aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman salmonella
typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan
bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan
gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi
kemudian berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam
tifoid. Endotoksin salmonella typi berperan pada patogenesis demam tifoid,
karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella
typi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena salmonella
typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh
zat leukosit pada jaringan yang meradang.
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang timbul
amat bervariasi. Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi
juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit
bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran
penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa
seorang ahli yang sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan
membuat diagnosis klinis demam tifoid.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus
(muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada
penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana
lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh
orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk kedalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-selretikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia.Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karenamembantu proses inflamasi
lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60
hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalamkeadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002).
D.
Manifestasi
Klinik
1. Masa tunas 10 – 20 hari yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui
minuman yang terlama 30 hari.
2. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang.
3. Demam. Pada kasus yang khas demam
berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali.
Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
4. Gangguan pada saluran pencernaan.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan
tepinya kemerahan.
5. Gangguan kesadaran, umumnya
kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen,
jarang terjadi stupor atau koma (kecuali penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan).
6. Pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.
E.
Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dibagi
dalam :
a. Komplikasi
Intestinal
1. Pendarahan usus
2. Perforasi usus
3. Ileus paralitik
b. Komplikasi
ektra-intestinal
- Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi
perifel (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
- Komplikasi darah
Anemia
hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia hemolitik.
- Komplikasi paru
Pneumonia,
emfiema, dan pleuritis
- Komplikasi hepair dan kandung empedu
Hepatitis
dan kolesistitis
- Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis,
periostitis, spondilitis, dan arthritis
- Komplikasi neuropsikiatrik
Delirium,
meningismus, meningistis, polyneuritis perifer, sindrom, katatoni
F.
Test
Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
·
Pemeriksaan
darah untuk kultur (biakan empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita
pada minggu pertama sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam
waktu yang lama.
·
Pemeriksaan
widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan
diagnosis thypoid abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan
pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak
5 cc untuk kultur dan widal)
b. Pemeriksaan
sumsum tulang belakang
Terdapat
gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System
(RES) dengan adanya sel makrofag.
G.
Penatalaksanaan
Medik
a. Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di
Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan diberikan pengobatan
yakni :
·
Isolasi
pasien.
·
Desinfeksi
pakaian.
·
Perawatan
yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah,
anoreksia dan lain-lain.
·
Istirahat
selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat
total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian
berjalan diruangan.
b. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan
gas, susu 2 gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair
melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga
diberikan makanan biasa.
c. Obat
Obat anti mikroba yang sering
digunakan :
- Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan obat
utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100 mg/kg
BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.
- Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg
BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal 10 hari.
Bila terjadi ikterus dan
hepatomegali : selain Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin 100 mg/kg
BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
Sabung Ayam Live Online Terbaik & Terlengkap!
ReplyDeleteTersedia Taruhan S128 | SV388 | KUNGFU Chicken
Bonus 10% Deposit Member Baru / Cashback 5 - 10% Setiap Minggu
Daftar >> Deposit >> Withdraw Sekarang Juga Di Website www. bolavita .site
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995