Pengertian
Kanker Serviks
Kanker serviks adalah
kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri berfungsi
sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Semua wanita dari berbagai
usia berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung
memengaruhi wanita yang aktif secara seksual.
Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang paling umum adalah pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum berarti Anda menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi Anda, segera tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker serviks, rujukan menemui dokter spesialis akan diberikan.
Penderita Kanker Serviks di
Indonesia
Pada tahun
2014, WHO menyatakan terdapat lebih dari 92 ribu kasus kematian pada penduduk
wanita akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 persennya merupakan jumlah kematian
akibat kanker serviks. Sedangkan jumlah kasus baru kanker serviks berjumlah
hampir 21 ribu.
Sejak tahun 2000 hingga
tahun 2012, semakin muda usia wanita yang terserang kanker serviks, yaitu
kisaran usia 21-22 tahun di tahun 2000 dan mencapai usia di bawah 20 tahun pada
tahun 2012. Penelitian WHO menyingkapkan kurangnya tindakan skrining penyakit
kanker di Indonesia. Khususnya untuk skrining kanker serviks yaitu sitologi
serviks dan ulasan asam asetat, secara umum belum tersedia di pusat kesehatan
primer pada tahun 2014. Ini ikut berpengaruh pada jumlah kematian kanker
serviks di Indonesia yang tergolong tinggi karena sebagian besar
disebabkan oleh keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya, kanker sudah menyebar
ke organ lain di dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Inilah
penyebab pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit.
Human Papillomavirus sebagai Penyebab
Utama Kanker Serviks
Hampir
semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau
HPV. HPV adalah
kumpulan jenis virus yang menyebabkan kutil di tangan,
kaki, dan alat kelamin. Ada banyak jenis HPV yang sebagian besar adalah virus
yang tidak berbahaya. Tapi ada beberapa jenis HPV yang mengganggu sel-sel leher
rahim untuk bisa berfungsi secara normal dan akhirnya bisa memicu kanker. HPV
sangat umum ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks.
Dari banyaknya jenis HPV,
ada dua jenis virus HPV yang paling berbahaya, yaitu HPV 16 dan HPV 18. Kedua
jenis virus ini yang menyebabkan 70 persen kasus kanker serviks. Banyak wanita
tidak menyadari telah terinfeksi, karena HPV jenis ini tidak menimbulkan gejala.
Penting untuk menyadari bahwa infeksi ini sering terjadi, meski banyak
wanita yang terinfeksi tidak mengalami kanker.
Kondom bisa melindungi Anda
dari HPV saat berhubungan seks, tapi tidak selalu sempurna dalam mencegah
terjadinya infeksi. Saat terinfeksi HPV, sistem kekebalan tubuh wanita mencegah
virus untuk melukai rahim, tapi pada sebagian wanita, virus HPV bisa bertahan
selama bertahun-tahun. Hal ini mengakibatkan sel-sel yang berada di permukaan
leher rahim berubah menjadi sel kanker.
Vaksin untuk mencegah
infeksi HPV yang berisiko menyebabkan kanker sudah tersedia. Vaksinasi HPV yang
saat ini ada adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin kuadrivalen
untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4
jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.
Pentingnya Langkah Screening untuk
Mendeteksi Kanker Serviks
Selama
bertahun-tahun, sel-sel pada permukaan leher rahim mengalami banyak perubahan.
Sel-sel ini bisa perlahan-lahan berubah menjadi kanker, tapi sebenarnya
perubahan sel di leher rahim bisa dideteksi sejak dini. Pengobatan ketika
sel-sel masih dalam tahap pra-kanker bisa dilakukan agar risiko terkena kanker
serviks bisa berkurang.
Screening untuk kanker serviks juga dikenal dengan sebutan pap
smear atau tes smear. Pap smear berguna untuk
mendeteksi jika ada sel-sel abnormal yang berpotensi berubah menjadi sel
kanker. Saat melakukan pap smear, sampel sel diambil dari
leher rahim dan diperiksa di bawah mikroskop.
Screening serviks bukanlah tes untuk mendiagnosis kanker serviks. Tes ini berguna
untuk memeriksa kesehatan sel-sel di leher rahim dan mendeteksi jika ada sel
yang abnormal. Dengan deteksi dan pengangkatan sel-sel abnormal, kanker serviks
dapat dicegah secara maksimal. Pada kebanyakan wanita, tes akan menunjukkan
hasil yang normal. Tapi sekitar 5 persen tes menunjukkan adanya perubahan
abnormal pada sel leher rahim.
Perubahan ini kebanyakan
tidak berujung kepada kanker, dan sel-sel abnormal masih mungkin bisa kembali
normal dengan sendirinya. Tapi, pada beberapa kasus tertentu, sel-sel yang
bersifat abnormal perlu diangkat karena berpotensi berubah menjadi kanker.
Hasil tes smear yang
abnormal tidak berarti seseorang menderita kanker serviks. Kebanyakan hasil
abnormal disebabkan oleh infeksi atau adanya sel berisiko kanker yang bisa
ditangani dengan mudah. Disarankan pada wanita yang telah aktif secara seksual
dan berusia 25-49 tahun diperiksa setiap tiga tahun sekali. Sedangkan wanita berusia
50-64 tahun dapat diperiksa setiap lima tahun sekali. Hubungi dokter untuk
mencari tahu lebih banyak tentang pemeriksaan ini.
Tingkat Stadium Menentukan
Pengobatan Kanker Serviks
Pengobatan kanker serviks tergantung
kepada beberapa faktor. Kanker serviks bisa diobati dengan cara operasi jika
diagnosis dilakukan pada tingkat awal. Pada beberapa kasus, hanya serviks yang
diangkat dan rahim bisa dibiarkan saja. Pada kondisi yang lebih serius, rahim
perlu diangkat seluruhnya. Proses operasi untuk pengangkatan rahim disebut
sebagai histerektomi.
Sedangkan prosedur radioterapi adalah langkah alternatif untuk
kanker serviks stadium awal. Pada kasus tertentu, radioterapi juga bisa
dijalankan berdampingan dengan operasi. Untuk kasus kanker serviks stadium
lanjut, biasanya dirawat dengan metode kombinasi kemoterapi dan radioterapi.
Beberapa penanganan bisa memiliki efek samping yang berat dan jangka panjang,
termasuk di antaranya adalah menopause dini dan
kemandulan.
Komplikasi Akibat Kanker
Serviks
Komplikasi sering terjadi pada wanita yang menderita
kanker serviks. Komplikasi bisa muncul sebagai akibat langsung dari kanker atau
efek samping dari pengobatan yang dilakukan. Misalnya karena radioterapi,
operasi, atau kemoterapi. Komplikasi dari kanker serviks adalah:
- Komplikasi ringan: pendarahan kecil pada vagina dan/atau sering kencing.
- Komplikasi berat: pendarahan yang parah dan bahkan gagal ginjal.
Harapan Hidup Penderita
Kanker Serviks
Masa depan
pengidap kanker serviks ditentukan oleh diagnosis stadium kanker serviks yang
diterima. Stadium kanker serviks bertahap dari satu hingga empat, di mana
stadium ini menggambarkan tingkat perkembangan dan penyebaran kanker. Angka
harapan bertahan hidup setidaknya lima tahun setelah didiagnosis kanker
serviks, dikelompokkan ke dalam status stadium:
- Stadium 1 – 80-99 persen
- Stadium 2 – 60-90 persen
- Stadium 3 – 30-50 persen
- Stadium 4 – 20 persen
Tidak ada satu cara khusus untuk melakukan pencegahan terhadap kanker serviks. Tapi
masih ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena kanker ini.
Gejala
Kanker Serviks
Gejala kanker serviks tidak selalu bisa terlihat dengan jelas,
bahkan ada kemungkinan gejala tidak muncul sama sekali. Sering kali,
kemunculan gejala terjadi saat kanker sudah memasuki stadium akhir. Oleh karena
itu, melakukan pap smear secara rutin sangat penting untuk
‘menangkap’ sel pra-kanker dan mencegah perkembangan kanker serviks.
Pendarahan Pada Vagina
Pendarahan
tidak normal dari vagina, termasuk flek adalah gejala yang sering terlihat dari
kanker serviks. Pendarahan biasanya terjadi setelah berhubungan seks, di luar
masa menstruasi, atau setelah menopause. Segera temui dokter untuk
melakukan pemeriksaan jika terjadi pendarahan yang tidak normal lebih dari satu
kali.
Gejala-gejala Lainnya yang
Mungkin Muncul
Selain
pendarahan yang abnormal, gejala lain yang mungkin muncul adalah:
- Cairan yang keluar tanpa berhenti dari vagina dengan bau yang aneh atau berbeda dari biasanya, berwarna merah muda, pucat, cokelat, atau mengandung darah.
- Rasa sakit tiap kali melakukan hubungan seksual.
- Perubahan siklus menstruasi tanpa diketahui penyebabnya, misalnya menstruasi yang lebih dari 7 hari untuk 3 bulan atau lebih, atau pendarahan dalam jumlah yang sangat banyak.
Gejala Pada Kanker Serviks
Stadium Akhir
Kanker
serviks pada stadium akhir akan menyebar ke luar dari leher rahim
menuju ke jaringan serta organ di sekitarnya. Pada tahapan ini, gejala
yang terjadi akan berbeda, antara lain:
- Terjadinya hematuria atau darah dalam urine.
- Bermasalah saat buang air kecil karena penyumbatan ginjal atau ureter.
- Perubahan pada kebiasaan buang air besar dan kecil.
- Penurunan berat badan.
- Pembengkakan pada salah satu kaki.
- Nyeri pada tulang.
- Kehilangan selera makan.
- Rasa sakit pada perut bagian bawah dan juga panggul.
- Rasa nyeri pada punggung atau pinggang, ini disebabkan karena terjadi pembengkakan pada ginjal. Kondisi ini disebut sebagai hidronefrosis.
Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di
atas, sebaiknya segera menemui dokter. Terutama mengenai pendarahan yang
tidak normal pada vagina yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Tapi, gejala ini
harus diperiksa oleh dokter untuk memahami penyebabnya.
Penyebab
Kanker Serviks
Kanker serviks dimulai
ketika sel-sel yang sehat mengalami mutasi genetik atau perubahan pada DNA.
Mutasi genetik ini kemudian mengubah sel normal menjadi sel abnormal. Sel yang
sehat akan tumbuh dan berkembang biak pada kecepatan tertentu, sedangkan sel
kanker tumbuh dan berkembang biak tanpa terkendali.
Jumlah sel abnormal yang terus bertambah akan membentuk tumor.
Sel kanker yang muncul kemudian menyerang jaringan di sekitarnya. Sel ini bisa
melepaskan diri dari lokasi awal dan menyebar ke wilayah tubuh lainnya, proses
ini disebut sebagai metastasis.
Kanker Serviks Akibat HPV
atau Human papillomavirus
Ada
beberapa faktor risiko yang menyebabkan perempuan terkena kanker serviks. Tapi
penelitian menemukan bahkan 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV. HPV
adalah satu golongan virus,di mana terdapat lebih dari 100 jenis HPV.
Virus HPV pada umumnya
tersebar melalui hubungan seksual, di mana terjadi kontak langsung antara kulit
kelamin, membran mukosa, atau pertukaran cairan tubuh, dan melalui seks oral.
Setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33 persen wanita akan
terinfeksi HPV. Beberapa jenis HPV tidak menimbulkan gejala yang jelas, dan
infeksi bisa hilang tanpa penanganan medis.
Namun terdapat jenis HPV lainnya yang bisa menyebabkan kutil pada alat kelamin. Jenis HPV
penyebab kutil kelamin ini tidak menyebabkan kanker serviks. Ada sekitar
15 jenis HPV yang berpotensi menyebabkan kanker serviks. Dua jenis yang paling
umum adalah HPV 16 dan HPV 18. Jenis ini menjadi penyebab kanker serviks pada 70
persen wanita.
Jenis HPV yang berisiko
tinggi dianggap mengandung materi genetik yang bisa dipindahkan dari sel virus
ke dalam sel leher rahim. Materi ini akan mulai mengganggu kinerja sel,
hingga akhirnya sel-sel serviks itu berkembang biak tanpa terkendali.
Proses inilah yang menyebabkan munculnya tumor dan kemudian berubah menjadi
kanker.
Belum ada obat yang
diketahui bisa menyembuhkan infeksi HPV. Virus ini sendiri bisa tetap berada di
dalam tubuh dengan atau tanpa penanganan. Tapi, kebanyakan infeksi HPV
menghilang tanpa penanganan khusus dalam jangka waktu sekitar dua tahun.
Namun, sebagai langkah berjaga-jaga, setiap wanita disarankan untuk menerima
vaksinasi HPV untuk mencegah tertularnya jenis virus yang menyebabkan kanker.
Status Prakanker – Cervical
Intraepithelial Neoplasia
Kanker
serviks butuh bertahun-tahun untuk tumbuh dari sel sehat ke sel prakanker dan
akhirnya sel kanker. Perubahan abnormal sel-sel sebelum kanker inilah yang
dikenal dengan sebutan cervical intraepithelial neoplasia (CIN)
atau sel prakanker. Perubahan sel akibat infeksi HPV menjadi CIN, hingga
akhirnya menjadi kanker sangat lambat. Proses ini bisa terjadi dalam kurun
waktu 10-20 tahun.
CIN adalah kondisi pertumbuhan sel abnormal sebelum kanker.
Kondisi ini umumnya tidak mengancam kesehatan seseorang secara langsung, tapi
berpotensi berubah menjadi kanker. Walau risiko sel-sel CIN berubah menjadi
kanker tergolong kecil, dokter akan memantau atau menanganinya sebagai langkah
pencegahan kanker serviks. Tujuan pap smear adalah mengidentifikasi
tahap ini agar CIN ditangani sebelum sepenuhnya berubah menjadi kanker.
Tingkat perubahan sel
abnormal bisa dibagi menurut tingkat keparahannya, yaitu:
- CIN 1 - Kondisi ini terjadi saat perubahan pada sel-sel leher rahim masih sedikit atau tidak terlalu signifikan. Bisa ditangani atau dipantau secara berkala karena sel-sel pada tahap CIN 1 bisa berubah menjadi normal kembali tanpa penanganan medis.
- CIN 2 - Terjadi perubahan yang lebih dari CIN 2; umumnya sel-sel abnormal diangkat oleh dokter.
- CIN 3 - Pada tahap ini, perubahan sel sangat abnormal tapi belum bersifat kanker. Sel-sel CIN 3 akan diangkat oleh dokter.
Faktor yang Bisa
Meningkatkan Risiko Kanker Serviks
Ada
beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita kanker serviks antara
lain:
- Aktivitas seksual terlalu dini: Melakukan hubungan seksual pada umur terlalu dini akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
- Berganti-ganti pasangan seksual: Memiliki banyak pasangan seksual akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
- Merokok: Wanita yang merokok berisiko dua kali lipat. Ini mungkin disebabkan oleh bahan kimia berbahaya dari tembakau yang muncul di leher rahim.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kondisi ini mungkin dikarenakan mengonsumsi obat tertentu seperti imunosupresan. Obat ini digunakan agar tubuh tidak menolak donor organ dari orang lain atau karena menderita HIV/AIDS.
- Melahirkan anak: Makin banyak anak yang dilahirkan seorang wanita, maka risiko mengidap kanker serviks semakin tinggi. Wanita yang punya tiga anak, tiga kali lebih berisiko terkena kanker serviks daripada wanita yang tidak punya anak sama sekali. Diperkirakan bahwa perubahan hormon saat sedang hamil membuat leher rahim lebih rentan terserang HPV.
- Minum pil kontrasepsi atau KB lebih dari lima tahun: Mengonsumsi pil KB cukup lama akan meningkatkan risiko dua kali lipat mengalami kanker serviks. Meski hal ini masih belum jelas alasannya.
Cara Penyebaran Kanker
Serviks
Jika
kanker serviks tidak didiagnosis dan tidak ditangani, perlahan-lahan sel kanker
akan keluar dari leher rahim dan menyebar ke organ serta jaringan di
sekitarnya. Kanker bisa menyebar ke vagina dan otot yang menopang tulang
panggul. Sel kanker juga bisa menyebar ke tubuh bagian atas. Kondisi ini akan
menghalangi saluran yang mengalir dari ginjal ke kandung kemih atau sering
disebut sebagai ureter.
Kanker bisa menyebar ke
kandung kemih, rektum, dan akhirnya sampai ke hati, tulang, dan paru-paru. Sel
kanker ini juga bisa menyebar ke sistem limfatik. Sistem limfatik terdiri dari
serangkaian nodus dan saluran yang menjalar ke seluruh tubuh dengan cara
yang sama seperti sistem peredaran darah.
Nodus limfa menghasilkan
banyak sel khusus yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh. Jika Anda
terinfeksi, nodus di leher atau di bawah ketiak akan membengkak. Pada beberapa
kanker serviks stadium awal, nodus limfa yang dekat dengan leher rahim
mengandung sel kanker. Dan pada beberapa kanker serviks stadium akhir, nodus
limfa di dada dan perut juga bisa terinfeksi kanker.
Diagnosis
Kanker Serviks
Jika kanker serviks terdeteksi sejak dini, tingkat keberhasilan
pengobatan menjadi lebih tinggi. Rujukan pada seorang ginekolog atau dokter
spesialis sistem reproduksi wanita akan diberikan jika hasil pap smear menunjukkan
adanya sel yang abnormal pada leher rahim. Pada kebanyakan kasus, keberadaan
sel-sel abnormal ini tidak berarti kanker rahim. Rujukan pada ginekolog juga
diberikan jika terjadi pendarahan abnormal pada vagina untuk melihat apakah ada
perubahan abnormal pada leher rahim.
- Prosedur Kolposkopi. Kolposkopi adalah pemeriksaan leher rahim untuk mencari kelainan. Dokter akan memakai kaca pembesar khusus untuk melihat vulva, vagina, dan leher rahim. Proses ini menggunakan mikroskop dengan lampu kecil di ujungnya. Jika terlihat kelainan pada proses kolposkopi, sampel kecil jaringan akan diambil dari leher rahim dan diperiksa di bawah mikroskop, untuk melihat apakah ada sel kanker di dalamnya. Seluruh proses ini akan dilakukan oleh dokter ginekolog.
- Biopsi Kerucut (Cone Biopsy). Sebuah prosedur operasi kecil bernama biopsi kerucut (cone biopsy) mungkin perlu dilakukan. Istilah biopsi kerucut dipakai dari jaringan berbentuk kerucut yang diambil dari leher rahim. Sel-sel dari jaringan ini akan diperiksa dengan mikroskop untuk memeriksa apakah ada sel kanker. Prosedur ini dilakukan di rumah sakit dengan pemakaian bius lokal. Efek sampingnya adalah pendarahan yang mungkin terjadi hingga satu bulan setelah operasi. Selain itu, menstruasi juga mungkin akan terasa nyeri. Jika leher rahim mengandung sel kanker atau sel yang berpotensi menjadi kanker, penanganan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan seluruh sel abnormal tersebut terangkat.
- Kawat listrik melingkar. Prosedur ini akan menggunakan kawat tipis yang dialiri listrik bertegangan kecil untuk mengambil sampel jaringan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Manfaat Pemeriksaan Lebih
Lanjut
Dengan
pemeriksaan biopsi, pasien bisa mengetahui apakah mengidap kanker serviks dan
apakah sudah menyebar. Jika memang terdapat kanker serviks, pemeriksaan
lanjutan diperlukan untuk mengetahui sejauh mana penyebaran kankernya, antara
lain:
- Tes darah: dilakukan untuk memeriksa kondisi hati, ginjal, dan sumsum tulang.
- Pemeriksaan organ panggul: rahim, vagina, rektum, dan kandung kemih akan diperiksa apakah terdapat kanker.
- CT scan: pemindaian kondisi tubuh bagian dalam dengan komputer untuk mendapatkan gambar tiga dimensi. Berguna untuk melihat kanker yang tumbuh dan apakah kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
- X-ray dada: untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke paru-paru.
- MRI scan: pemindaian memakai medan magnet yang kuat dan gelombang radio menghasilkan gambar dari dalam tubuh. Berguna untuk melihat apakah kanker sudah menyebar dan seberapa jauh penyebarannya.
- PET scan: jika digabungkan dengan CT scan, prosedur ini dapat melihat penyebaran kanker dan juga memeriksa respons seseorang terhadap pengobatan yang dilakukan.
Stadium Kanker
Serviks
Stadium
kanker yang diderita bisa ditentukan setelah semua tes selesai dilakukan.
Stadium digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh kanker sudah menyebar. Jika
stadium kanker makin tinggi, maka penyebaran yang terjadi lebih luas. Berikut
ini adalah stadium kanker serviks berdasarkan penyebarannya:
- Stadium 0: stadium prakanker. Tidak ada sel kanker di leher rahim, tapi ada perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker. Tahap ini sering disebut sebagai cervical intraepithelial neoplasia (CIN) atau carcinoma in situ (CIS).
- Stadium 1: kanker masih berada di dalam leher rahim dan belum ada penyebaran.
- Stadium 2: kanker sudah menyebar ke luar leher rahim dan di jaringan sekitarnya. Tapi belum mencapai dinding panggul atau bagian bawah vagina.
- Stadium 3: kanker sudah menyebar ke dinding panggung dan/atau ke bagian bawah dari vagina.
- Stadium 4: kanker sudah menyebar ke usus, kandung kemih, atau organ lain, seperti paru-paru.
Jenis Kanker Serviks
Dengan
mendeteksi jenis kanker serviks yang diidap oleh pasien akan membantu proses
pengobatannya dan penanganan yang tepat. Terdapat dua jenis kanker serviks,
yaitu:
- Karsinoma sel skuamosa, adalah jenis kanker serviks yang bermula pada sel-sel lapisan bagian luar leher rahim yang tipis dan datar (sel skuamosa) yang menonjol ke dalam vagina. Mayoritas kasus kanker serviks yang muncul adalah jenis ini.
- Adenokarsinoma, adalah jenis kanker serviks yang bermula pada sel kelenjar berbentuk kolom pada saluran leher rahim.
Pengobatan
Kanker Serviks
Pengobatan terhadap kanker
serviks tergantung pada beberapa faktor. Misalnya stadium kanker, jenis kanker,
usia pasien, keinginan untuk memiliki anak, kondisi medis lain yang sedang
dihadapi, dan pilihan pengobatan yang diinginkan. Memutuskan cara pengobatan
terbaik bisa sangat membingungkan. Kanker serviks biasanya akan ditangani oleh
tim yang terdiri dari dokter dari berbagai spesialisasi. Tim ini akan membantu
memilih cara terbaik melanjutkan pengobatan, tapi keputusan akhir tetap ada di
tangan Anda.
Jenis penanganan menurut
stadium kanker terbagi dua. Yang pertama adalah penanganan kanker serviks tahap
awal, yaitu operasi pengangkatan sebagian atau seluruh organ rahim,
radioterapi, atau kombinasi keduanya. Dan yang kedua adalah penanganan kanker
serviks stadium akhir, yaitu radioterapi dan/atau kemoterapi, dan kadang
operasi juga perlu dilakukan.
Jika diagnosis kanker
serviks sudah diketahui sejak awal, kemungkinan pulih sepenuhnya cukup bagus.
Tapi jika kanker sudah menyebar, peluang pulih total akan berkurang. Pada kasus
kanker serviks yang tidak bisa disembuhkan, mungkin akan disarankan untuk
dilakukan perawatan paliatif. Perawatan jenis ini berfungsi untuk memperlambat
penyebaran kanker, memperpanjang usia pasien dan mengurangi gejala yang muncul,
misalnya rasa sakit dan pendarahan vagina.
Prosedur Pengangkatan
Sel-sel Prakanker
Hasil pap smear mungkin
tidak menunjukkan adanya kanker serviks, tapi bisa dilihat jika terjadi
perubahan biologis yang berpotensi menjadi kanker di masa mendatang. Berikut
ini adalah beberapa penanganan yang tersedia:
- Biopsi kerucut: yaitu pengangkatan wilayah tempat jaringan yang abnormal melalui prosedur operasi.
- Terapi laser: pemakaian laser untuk membakar sel-sel abnormal.
- LLETZ atau large loop excision of transformation zone: sel-sel abnormal dipotong memakai kawat tipis dan arus listrik.
Operasi Pengangkatan Kanker
Serviks
Ada tiga
jenis operasi utama untuk kanker serviks.
1. Operasi radical trachelectomy
Prosedur ini lebih cocok untuk kanker serviks yang terdeteksi pada stadium awal dan akan ditawarkan kepada wanita yang masih ingin memiliki anak. Operasi ini bertujuan mengangkat leher rahim, jaringan sekitarnya, dan bagian atas dari vagina, tanpa mengangkat rahim.
Anda masih berpeluang
memiliki anak karena rahim tidak diangkat. Pasca operasi, rahim dan vagina
membutuhkan waktu untuk pulih. Akan disarankan menunggu enam bulan hingga
setahun setelah operasi sebelum memutuskan untuk hamil.
2. Operasi yang melibatkan pengangkatan rahim
Histerektomi adalah operasi
pengangkatan rahim wanita. Histerektomi dilakukan untuk berbagai alasan, salah
satunya untuk operasi kanker serviks stadium awal. Agar kanker tidak kembali
lagi, radioterapi juga mungkin perlu dilakukan.
Ada dua jenis operasi
histerektomi. Pertama, histerektomi sederhana. Ini adalah prosedur di mana
leher rahim dan rahim akan diangkat. Pada beberapa kasus, ovarium dan tuba
falopi bisa juga turut diangkat. Prosedur ini bisa dilakukan untuk kanker
serviks stadium awal.
Yang kedua histerektomi
radikal. Leher rahim, rahim, jaringan di sekitarnya, nodus limfa, ovarium, dan
tuba falopi, semuanya akan diangkat. Ini operasi yang cenderung dilakukan pada
kanker serviks stadium satu lanjutan dan stadium dua pada tahap awal.
Efek samping atau
komplikasi jangka pendek dari operasi histerektomi adalah:
- Pendarahan
- Infeksi
- Risiko cedera pada ureter, kandung kemih, dan rektum
- Penggumpalan darah
Kemungkinan
komplikasi jangka panjang dari operasi histerektomi adalah:
- Ketidakmampuan menahan kencing.
- Vagina menjadi pendek dan lebih kering, hubungan seksual bisa terasa menyakitkan.
- Pencernaan dalam usus terhalang karena adanya penumpukan bekas luka. Mungkin diperlukan operasi lagi untuk membukanya.
- Pembengkakan pada lengan dan kaki karena penumpukan cairan atau limfedema.
Meski
risiko komplikasi ini kecil, tapi akan sangat menyulitkan jika terjadi. Dengan
histerektomi, kehamilan tidak mungkin terjadi dan jika ovarium diangkat, ini
juga bisa memicu terjadinya menopause pada
pasien belum mengalaminya.
3. Operasi Pelvic exenteration
Pelvic exenteration adalah operasi besar yang hanya disarankan jika kanker serviks kembali muncul setelah pernah diobati dan sempat sembuh. Operasi ini dilakukan jika kanker kembali ke daerah panggul, tapi belum menyebar ke wilayah lain.
Setelah operasi, vagina
bisa direkonstruksi ulang memakai kulit dan jaringan yang diambil dari bagian
tubuh lainnya. Anda tetap bisa melakukan hubungan seks beberapa bulan
setelah operasi ini.
Terdapat dua tahapan pelvic exenteration yang
harus dilewati. Tahap pertama, kanker akan diangkat bersamaan dengan kandung
kemih, rektum, vagina, dan bagian bawah dari usus. Lalu tahap yang kedua, dua
lubang yang disebut stoma akan dibuat di perut untuk
mengeluarkan urine dan kotoran dari tubuh. Kotoran yang dibuang dimasukkan ke
dalam kantung penyimpanan, disebut dengan istilah kantung colostomy.
Penanganan Kanker Serviks
dengan Radioterapi
Untuk
penanganan kanker serviks stadium awal, radioterapi bisa dilakukan sendiri atau
dikombinasikan dengan operasi. Sedangkan pada kanker serviks stadium akhir,
radioterapi akan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk mengendalikan
pendarahan dan rasa nyeri.
Radioterapi bisa diberikan
dengan dua cara yaitu:
- Eksternal. Mesin radioterapi akan menembakkan gelombang energi tinggi ke bagian panggul pasien untuk menghancurkan sel kanker.
- Internal. Implan radioaktif akan dimasukkan di dalam vagina dan leher rahim pasien.
Proses
radioterapi biasanya berjalan sekitar satu sampai dua bulan. Meski begitu,
radioterapi tidak hanya menghancurkan sel-sel kanker, terkadang, radioterapi
juga menghancurkan jaringan yang sehat. Efek samping bisa bertahan selama
berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Pada beberapa kasus, efek samping ini bisa
bersifat permanen. Tapi, kebanyakan efek samping akan hilang dalam dua bulan
setelah menyelesaikan pengobatan.
Keuntungan radioterapi
sering kali lebih besar dari risiko dan efek sampingnya. Bagi beberapa orang,
radioterapi menawarkan harapan satu-satunya untuk memusnahkan kanker. Efek
samping dari radioterapi adalah:
- Sakit saat buang air kecil.
- Pendarahan dari vagina dan rektum.
- Diare.
- Kelelahan.
- Mual.
- Merusak kandung kemih dan usus sehingga kehilangan kontrol dalam membuang air besar dan kecil.
- Mempersempit vagina sehingga seks menjadi terasa sakit.
- Rasa perih pada kulit di daerah panggul.
- Kemandulan.
- Merusak ovarium, berakibat pada menopause dini.
Sel telur
bisa diangkat melalui operasi dari ovarium sebelum radioterapi, jika Anda
mencemaskan soal kesuburan. Sel telur ini bisa ditanamkan kembali di rahim.
Untuk mencegah menopause, ovarium bisa dipindahkan di luar daerah panggul yang
tidak terpengaruh radiasi. Proses ini lebih dikenal dengan istilah ovarian transposition.
Mengobati Kanker Serviks
dengan Kemoterapi
Untuk
mengobati kanker serviks, kemoterapi bisa digabung dengan radioterapi. Untuk
kanker stadium akhir. Kemoterapi dilakukan untuk memperlambat penyebaran dan
mengurangi gejala yang muncul. Pengobatan ini sering disebut sebagai kemoterapi
paliatif.
Kemoterapi memakai
obat-obatan untuk menghancurkan sel kanker. Berbeda dengan radioterapi atau
operasi yang berdampak pada bagian tertentu saja, kemoterapi akan berdampak
pada seluruh tubuh. Obat ini mengincar sel yang tumbuh dan berkembang biak
dengan cepat, terutama sel kanker. Tapi sel sehat yang berkembang biak dengan
cepat juga bisa terpengaruh.
Kemoterapi bisa memakai satu obat khusus untuk membunuh sel
kanker. Satu jenis obat ini biasanya disebut cisplatin. Tapi
kombinasi obat-obatan kemoterapi juga bisa diterapkan. Pengobatan kemoterapi
diberikan melalui infus pada pasien rawat jalan. Pasien diperbolehkan pulang
setelah menerima pengobatan sesuai dosis.
Anda harus sering melakukan
tes darah ketika menjalani pengobatan kemoterapi. Tes darah bertujuan untuk
memeriksa kesehatan ginjal Anda, karena beberapa obat-obatan kemoterapi bisa
merusak ginjal.
Pengobatan ini juga bisa
merusak jaringan yang sehat. Efek samping yang paling sering terjadi adalah:
- Mengalami sariawan.
- Kehilangan selera makan.
- Merasakan kelelahan.
- Mual dan muntah.
- Rambut rontok: rambut bisa tumbuh kembali dalam waktu tiga sampai enam bulan setelah kemoterapi selesai. Tapi tidak semua kemoterapi menyebabkan rambut rontok.
- Jumlah sel darah merah berkurang: ini bisa mengakibatkan kelelahan dan sesak napas. Anda akan rentan terhadap infeksi karena kekurangan sel darah putih.
Pengobatan Pada Masa
Kehamilan
Pengobatan
kanker serviks pada masa kehamilan tergantung pada stadium kanker dan juga umur
kehamilan Anda. Misalnya Anda menderita kanker serviks stadium awal dan berada
pada usia kehamilan sembilan bulan. Pengobatan yang dilakukan akan ditunda
hingga Anda melahirkan bayi. Pengobatan kanker bisa menyebabkan kelahiran
prematur atau bahkan keguguran.
Tindakan Lanjutan Pasca
Pengobatan
Setelah
pengobatan kanker serviks, sangat penting untuk menerima pemeriksaan lanjutan.
Terutama diperlukan pada vagina dan leher rahim jika kanker belum diangkat.
Pemeriksaan ini bertujuan mencari pertanda karena adanya risiko kanker bisa
muncul kembali. Biopsi akan dilakukan kembali jika ada hal yang mencurigakan.
Kemunculan kembali kanker ini biasanya terjadi sekitar satu setengah tahun
setelah selesai pengobatan.
Perawatan lanjutan
dilakukan setiap empat bulan sekali, hal ini untuk dua tahun pertama setelah
pengobatan selesai. Lalu, setiap enam bulan sampai satu tahun sekali
selama tiga tahun berikutnya.
Komplikasi
Kanker Serviks
Komplikasi bisa muncul
akibat dari pengobatan atau karena stadium kanker serviks yang sudah memasuki
tahap akhir.
Efek Samping Pengobatan
Kanker Serviks
Pengobatan
kanker serviks berisiko menyebabkan beberapa efek samping yang dihadapi oleh
penderita.
Mengalami menopause dini
Menopause adalah kondisi ketika ovarium
berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Kondisi ini biasanya
terjadi pada wanita sekitar umur 50 tahun. Menopause dini bisa terjadi jika
ovarium diangkat melalui operasi atau bisa juga karena ovarium rusak akibat
efek samping radioterapi. Beberapa gejala yang bisa muncul akibat kondisi ini
adalah:
- Vagina kering.
- Menstruasi berhenti atau tidak teratur.
- Kehilangan selera seksual.
- Sensasi rasa panas dan berkeringat (hot flushes).
- Berkeringat berlebihan, meski di malam hari.
- Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan buang air kecil tanpa disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia urine.
- Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh.
Ada
beberapa obat-obatan yang bisa mengatasi gejala ini dengan efek merangsang
produksi estrogen dan progesteron. Pengobatan ini disebut sebagai terapi
penggantian hormon.
Terjadinya penyempitan vagina
Pengobatan dengan
radioterapi pada kanker serviks sering kali menyebabkan penyempitan vagina.
Hubungan seks bisa terasa sangat menyakitkan dan sulit. Terdapat dua pilihan
pengobatan untuk ini. Pertama, mengoleskan krim hormon pada vagina untuk
meningkatkan kelembapan pada vagina. Dan akhirnya, hubungan seks bisa
menjadi lebih mudah.
Yang kedua adalah dengan memakai vaginal dilator. Vaginal
dilator bisa terbuat dari plastik, karet, atau kaca yang halus.
Bentuknya seperti tabung dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Alat ini
berfungsi untuk mengembalikan fleksibilitas vagina. Alat ini akan membuat
jaringan vagina menjadi elastis dan hubungan seks akan terasa lebih nyaman.
Disarankan memakai vaginal dilator selama lima sampai 10 menit
secara teratur selama enam bulan sampai satu tahun.
Banyak wanita yang merasa
malu membicarakan tentang alat ini. Tapi metode penanganan ini cukup dikenal
untuk masalah penyempitan vagina. Anda bisa menanyakan kepada dokter tentang
kelebihan dan kekurangan alat ini.
Munculnya limfedema atau penumpukan cairan tubuh
Limfedema adalah
pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau kaki karena sistem limfatik
yang terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan
sistem sirkulasi tubuh.
Sistem limfatik mungkin
tidak berfungsi dengan normal jika nodus limfa diangkat dari panggul Anda. Salah
satu fungsi sistem limfatik adalah membuang cairan berlebih dari dalam jaringan
tubuh. Gangguan pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan cairan pada organ
tubuh. Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.
Pada penderita kanker
serviks, limfedema biasanya terjadi pada bagian kaki. Untuk mengurangi
pembengkakan yang terjadi, Anda bisa melakukan latihan dan teknik pemijatan
khusus. Perban atau kain pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasinya.
Secara emosional,
didiagnosis mengidap kanker serviks atau merasakan efek samping pengobatannya
bisa sangat melelahkan. Bahkan, pengidapnya bisa mengalami depresi.
Konsultasikan dengan dokter tentang cara menangani dampak emosional tersebut.
Anda juga bisa mencari informasi tentang kelompok dukungan kanker serviks baik
di rumah sakit maupun di Yayasan Kanker Indonesia.
Dampak Kanker Serviks
Stadium Lanjut
Rasa sakit akibat
penyebaran kanker
Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke
saraf, tulang, atau otot. Tapi beberapa obat pereda rasa sakit biasanya bisa
dipakai untuk mengendalikan rasa sakit itu. Obat-obatan yang dipakai mulai
dari paracetamol, obat antiinflamasi non-steroid
atau OAINS, hingga morfin. Semua tergantung
pada tingkatan rasa sakit yang dirasakan.
Jika pereda rasa sakit
tidak banyak membantu, tanyakan pada dokter tentang obat yang mungkin memiliki
efek lebih kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif untuk mengendalikan
rasa sakit.
Pendarahan berlebih
Pendarahan berlebih bisa
terjadi jika kanker menyebar hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih.
Pendarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Bisa juga terjadi pendarahan
saat buang air kecil. Pendarahan berlebihan bisa ditangani dengan kombinasi obat-obatan
untuk menurunkan tekanan darah. Obat ini bisa menghambat aliran darah.
Pendarahan kecil bisa ditangani dengan obat bernama asam traneksamat. Obat ini akan membuat darah
menggumpal, sehingga dapat menghentikan pendarahan yang terjadi. Radioterapi
juga efektif dalam menghentikan pendarahan karena kanker.
Penggumpalan darah setelah pengobatan
Seperti kanker lainnya,
kanker serviks bisa membuat darah menjadi lebih ‘lengket’ atau ‘kental’
dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah juga meningkat
setelah menjalani kemoterapi dan istirahat pascaoperasi. Munculnya tumor yang
besar bisa menekan pembuluh darah pada panggul. Hal inilah yang memperlambat
aliran darah dan akhirnya mengakibatkan penggumpalan di kaki. Gejala terjadinya
penggumpalan darah pada kaki antara lain:
- Sakit yang terasa sangat dalam di area kaki yang terkait.
- Rasa sakit dan pembengkakan di salah satu bagian kaki, biasanya pada betis.
- Kulit memerah, terutama pada bagian belakang kaki di bawah lutut.
- Pada bagian yang terjadi penggumpalan, kulit akan terasa hangat.
Yang
paling dikhawatirkan adalah terjadinya pulmonary embolism atau emboli paru. Dampak dari kondisi ini bisa sangat fatal.
Emboli paru adalah penggumpalan darah dari pembuluh darah di kaki bergerak ke
paru-paru dan menghalangi pasokan darah ke paru-paru. Penggumpalan darah di
kaki ini bisa ditangani dengan kombinasi obat-obatan pengencer darah, misalnya
obat-obatan jenis heparin atau warfarin.
Semacam stocking juga akan dibalutkan ke kaki karena bisa
membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh.
Gagal ginjal
Ginjal berfungsi membuang
materi limbah dari dalam tubuh. Limbah ini dibuang melalui urine melewati
saluran yang disebut ureter. Tes darah sederhana bisa dilakukan untuk mengawasi
kinerja ginjal. Tes darah ini biasanya disebut sebagai tingkat serum kreatinin.
Pada beberapa kasus kanker serviks lanjutan, kanker bisa menekan
ureter. Ini menyebabkan terhalangnya aliran urine untuk keluar dari ginjal.
Terkumpulnya urine di ginjal lebih dikenal dengan istilah hidronefrosis.
Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal membengkak dan meregang. Hidronefrosis
parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya. Kondisi inilah
yang disebut sebagai gagal ginjal.
Pengobatan untuk gagal ginjal adalah dengan mengeluarkan semua
urine yang terkumpul di ginjal. Pipa akan dimasukkan melalui kulit dan ke dalam
tiap ginjal, dikenal sebagai nefrostomi perkutan. Pilihan pengobatan lain
adalah memperlebar kedua saluran ureter. Ini dilakukan dengan cara memasukkan
pipa besi kecil atau stent ke dalam ureter.
Beberapa gejala yang muncul
akibat gagal ginjal bisa sangat beragam, yaitu:
- Sesak napas.
- Kelelahan.
- Mual.
- Pembengkakan pada pergelangan, tangan atau kaki karena penimbunan cairan.
- Darah dalam urine.
Produksi cairan vagina yang
tidak normal
Cairan vagina bisa berbau
aneh dan tidak sedap akibat dari kanker serviks stadium lanjutan. Cairan yang
keluar bisa muncul karena beberapa alasan, yaitu:
- Kerusakan pada jaringan sel-sel.
- Kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran isi organ-organ tersebut yang keluar melalui vagina.
- Karena infeksi bakteri pada organ vagina.
Pengobatan
untuk kelainan cairan vagina ini menggunakan gel antibakteri yang
mengandung metronidazole. Bisa
juga dengan cara memakai baju yang mengandung zat arang (karbon). Karbon adalah
senyawa kimia yang sangat efektif untuk menyerap bau yang tidak sedap.
Fistula
Fistula adalah terbentuknya
sambungan atau saluran abnormal antara dua bagian dari tubuh. Pada kasus kanker
serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan vagina. Ini bisa
mengakibatkan pengeluaran cairan tanpa henti dari vagina. Terkadang, fistula
bisa terjadi antara vagina dan rektum. Fistula termasuk komplikasi yang tidak
umum. Kondisi ini hanya terjadi pada 2 persen kasus kanker serviks lanjutan.
Untuk memperbaiki fistula,
biasanya perlu dilakukan prosedur operasi. Tapi ini sering kali tidak mungkin
dilakukan pada wanita dengan kanker serviks lanjutan, karena kondisi mereka
yang sudah sangat lemah. Jika operasi tidak memungkinkan, krim dan pelembap
bisa digunakan untuk mengurangi pengeluaran cairan. Ini juga bertujuan untuk
melindungi vagina dan jaringan di sekitarnya agar tidak rusak dan terjadi
iritasi.
Pencegahan
Kanker Serviks
Cara utama dalam mencegah kanker serviks adalah mencegah tertular
virus HPV. Diperkirakan sekitar 99 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh
virus ini. Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena
kanker serviks meliputi berhubungan seks dengan aman, setia pada pasangan, screening rutin
pada leher rahim, vaksinasi, serta berhenti merokok.
Kebanyakan kasus kanker
serviks berhubungan dengan infeksi HPV jenis tertentu. Penyebaran virus ini
terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, maka gunakan kondom ketika
berhubungan seksual untuk mengurangi risiko tertular HPV.
Risiko tertular HPV juga
meningkat seiring dengan jumlah pasangan seksual seseorang. Wanita yang hanya
memiliki satu pasangan pun juga bisa terinfeksi virus ini jika pasangannya
memiliki banyak pasangan seksual lain.
Screening atau pap smear untuk kanker serviks
adalah metode untuk mendeteksi sel-sel yang berpotensi menjadi
kanker. Pap smear leher rahim bukanlah tes untuk kanker. Tes
ini hanya memeriksa kesehatan sel-sel pada leher rahim. Kebanyakan hasil tes
pada wanita menunjukkan hasil normal. Lakukanlah pap smear secara
teratur. Wanita yang pernah berhubungan seks dan terutama sudah berusia 25-49
tahun, disarankan untuk melakukan tes tiap tiga tahun sekali. Untuk wanita usia
50-64 tahun, disarankan melakukan tes lima tahun sekali.
Vaksinasi HPV atau human papilomavirus melindungi
wanita dari infeksi jenis virus utama yang menyebabkan kanker serviks. Vaksin
akan lebih efektif jika diberikan pada gadis sebelum aktif secara seksual.
Meski vaksin HPV bisa mengurangi risiko kanker serviks, tapi vaksin ini tidak
menjamin Anda bebas dari penyakit ini. Anda tetap disarankan menjalani pap
smear secara rutin meski sudah mendapatkan vaksinasi.
Risiko terkena kanker
serviks juga bisa dikurangi dengan menjauhi rokok. Orang yang merokok lebih
sulit dalam menghilangkan infeksi HPV dari tubuh. Infeksi inilah yang
berpotensi menjadi kanker.
Untuk mendapatkan informasi
seputar kanker serviks, Anda bisa mendatangi rumah sakit terdekat atau
menghubungi organisasi yang fokus pada urusan kanker.
Salam Kesehatan Dari AkurKEs.
Untuk Info Kesehatan Tetap Kunjungi Blog Ini, Kesehatan Itu Akur Banget.
Sabung Ayam Live Online Terbaik & Terlengkap!
ReplyDeleteTersedia Taruhan S128 | SV388 | KUNGFU Chicken
Bonus 10% Deposit Member Baru / Cashback 5 - 10% Setiap Minggu
Daftar >> Deposit >> Withdraw Sekarang Juga Di Website www. bolavita .site
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995