PEMBAHASAN
A.
Definisi
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan
karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang
berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya
gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang
disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat
reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000)
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang
terjadi berulang- ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling
tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski, 1988).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi
dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan
listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik
dan laboratorik (anonim, 2008).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya
gejala – gejala yang datang dalam serangan – serangan, berulang – ulang yang
disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel – sel sarf otak, yang bersifat
reversibel dengan berbagai etiologi. Serangan adalah suatu gejala yang timbul
tiba – tiba dan menghilang secara tiba – tiba pula.
Epilepsi adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan
fungsi otak yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Mungkin
terdapat kaitan dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau
kehilangan tonus atau gerakan otot, dan gangguan perilaku, suasana hati,
sensasi, dan persepsi. Masalah uatanya adalahdiperkirakan sebgai gangguan
listrik (disritmia) pada sel-sel saraf pada satu bagian otak, yang menyebabkan
bagian tersebut menunjukkan hantaran listrik takterkontrol, terjadi berulang,
dan abnormal. Karakteristik dari kejang epilepsy merupakan manifestasi dari
hantaran neural yang berlebihan ini. Pada kebanyakan kasus penyebabnya adalah
tidak diketahui (idiopatik). Terdapat bukti-bukti bahwa kerentanan terhadap suatu
tipe merupakan kondisi yang diturunkan. Epilepsy sering menyertai banyak
kelainan medis, trauma dan intoksikasi obat atau alcohol. Juga terdapat
hubungan dengan tumor otak, abses dan maforasi congenital. Epilepsy terjadi
sebelum usia 20 tahun pada lebih dari 75% pasien. Epilepsy tidak sama dengan
retardasi mental atau penyakit.(Brunner & Suddart, 2000).
Epilepsy merupakan suatu masalah
neurologis yang relative sering terjadi. Epilepsy merupakan suatu gangguan
fungsional kronik dan banyak jenisnya dan ditandai oleh aktivitas serangan yang
berulang. Serangan kejang, yang merupakan gejala atau manifestasi utama
epilepsy dapat merupakan kelainan fungsional apa pun (motoris, sensoris atau
psikis). Serangan tersebut tidak lama, tak terkontrol serta timbul sacara
episodik. Serangan ini mengganggu kelangsungan kegiatan pasien yang sedang
dikerjakannya pada saat tersebut. Serangan ini ada kaitannya dengan pengeluaran
impuls oleh neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung local. Istilah
epilepsy dan serangan (seizure) sering digunakan timbal balik.
INSIDENS
Epilepsy oleh hipocrates diidentifikasi sebagai masalah yang
ada kaitannya dengan otak. Epilepsy dapat menyerang segala kelompok usia, juga
segaa jenis bangsa dan keturunan diseluruh dunia. Ada orang-orang tertentu yang
tampaknya jauh lebih mudah mengalami serangan epilepsy jika dibandingkan dengan
yang lain. Pada kebanyakan kasus mungkin terdapat interaksi antara predisposisi
pembawaan dan faktor-faktor lingkungan. Insidn epilepsy lebih sering dijumpai
pada keturunan orang yang menderita epilepsy jika dibandingkan dengan penduduk
lain pada umumnya. Sanak keluarga pasien lebih sering menunjukkan
gelombang-gelombang otak yag abnormal jika dibandingkan dengan kelompok-
kelompok lain sebagai control.
Insiden epilepsy sesungguhnya tidak diketahui. Diperkirakan
jumlah penderita epilepsy sekitar 0,5% penduduk. Perkiraan ini dianggap terlalu
konservatif, karena banyak orang segan untuk melaporkan masalah yang
dideritanya. Sedangkan dokter sendiri sering ragu- ragu apakah suatu serangan
kejang dapat digolongkan epilepsy atau bukan. Sesungguhnya jauh lebih mudah
menangani epilepsy itu sendiri dibandingkan dengan kesulitan yang harus
dihadapi untu menangani dn menanggulangi diskriminasi sehubungan dengan pekerjaan,
pendidikan dan social yang harus ditanggung penderita epilepsy. Mereka
seringkali merahasiakan penyakit ini karena masyarakat mempunyai pandangan
negative terhadap epilepsy.
Meskipun epilepsy dapat terjadi pada setiap tingkatan usia,
insiden paling sering dialami selama masa knak-kanak. 75% kasus ini terjadi
sebelum usia 20 tahun. Kalau ada serangan yang dialami pertama kali sesuah usia
25 tahun, maka epilepsy biasanya merupakan penyakit sekunder.
Epilepsy dapat digolongkan sebagai
idiopatik atau simptomatik. Pada eilepsi idiopatik atau esensial, tak dapat
dibuktikan adanya lesi pada otak. Pada epilepsy simptomatik atau sekunder
memang ada kelainan serebral yang mempercepat penanggung jawab serangan-
serangan sekunder antara lain: cedera kepala (termasuk cedera selama atau
sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya: hipoglikemia,
PKU, kekurangan vitamin B6), factor- factor toksik (berhenti minum alcohol,
uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi dan neoplasma.
B.
Etiologi
1.
Idiopatik; sebagian besar epilepsy pada anak adalah epilepsy idopatik
2. Factor herediter; ada beberapa
penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kajang seperti
sclerosis tuberose, neurofibromatosis, angiomatosis ensefalotrigeminal, feniketonuria,
hipoparatiroidisme, hipoglikemi
3. Faktor
genetic; pada kejang demam dan breath holding spells
4.
Kelainan congenital otak; atrofi, porensefali, agenesis korpus kalosum
5.
Gangguan metabolic; hipoglikemi, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia
6.
Infeksi; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosis
7. Trauma;
kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
8.
Neoplasma otak dan selaputnya
9.
Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10.
Keracunan: timbale(Pb), kamper(kapur barus), fenotiazin, air
11. lain – lain: penyakit darah, gangguan keseimbngan
hormone, degenerasi serebral dan lain – lain.
C.
Patofisiologi
Gejala-gejala serangan epilepsy sebagian timbul sesudah otak
mengalami gangguan, sedangkan beratnya serangan epilepsy tergantung dari lokasi
dan keadaan patologi. Lesi pada otak tengah, thalamus dan korteks serebri
kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi pada serebelum dan
batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epilepsy.
Pada tingkat membrane sel, neuron epileptic ditandai oleh
fenomena biokimia tertentu. Beberapa diantaranya adalah :
1. Ketidakstabilan membrane sel saraf sehingga
sel lebih mudah diaktifkan.
2. Neuron hipersensitif dengan ambang yang menurun,
sehingga mudah terangsang- terangsang secara berturut-turut.
3. Mungkin terjadi polarisasi yang
abnormal (polarisasi berlebihan, hiperpolarisasi atau terhentinya polarisasi).
4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah ingkungan
kimia dari neuron. Pada waktu terjadi serangan keseimbangan elektrolit pada
tingkat neuronal mengalami perubahan. Ketidakseimbangan ini akan menyebabkan membrane
neuron mengalami polarisasi. Perubahan- Perubahan metabolisme terjadi selam
serangan dan segera sesudah serangan. Perubahan ini terjadi antara lain
disebabkan juga oleh peningkatan kebutuhan energy akibat hiperaktivitas neuron.
Kebutuhan metabolisme meningkat secara drastic selama serangan kejang. Aliran
elektris yang dikeluarkan oleh sel-sel saraf motoris dapat meningkat sampai
1000 per detik. Aliran darah serebral meningkat, demikian juga pernapasan dan
glikolisis jaringan. Selama dan sesudah serangan cairan serebrospinal (CSS)
mengandung asetilkolin, sedangkan kadar asam glutamate mungkin menurun selama
serangan.
Pada waktu
diadakan otopsi tak ditemukan perubahan yang menyolok. Bukti histopatologis
menyokong hipotesis bahwa lesi sesungguhnya bersifat neurokimia dan bukan
structural. Tak ada satu factor patologis tetap yang ditemukan. Diantara
serangan ditemukan kelainan fokal pada metabolisme kalium dan asetilkolin.
Agaknya tempat yang mengalami serangan sangat peka terhadap asetilkolin, suatu
trasnsmiter fasilitator. Pembuangan dan pengikatan asetilkoin berlangsung
lamban.
D.
Manifestasi Klinis
a) Manifestasi klinik dapat berupa
kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
b) Kelainan gambaran EEG
c) Bagian
tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen
d) Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda
sebelum kejang epileptik (aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat
sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap
sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
e) Napas terlihat sesak dan jantung berdebar
f) Raut muka pucat dan badannya berlumuran
keringat
g) Satu jari atau tangan yang
bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik
seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak normal seperti pada
keadaan normal
h) Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak
secara automatik, dan terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah
episode epileptikus tersebut lewat
i) Di saat serangan, penyandang epilepsi
terkadang juga tidak dapat berbicara secara tiba- tiba
j) Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat
pula tungkainya menendang- menendang
k) Gigi geliginya terkancing
l) Hitam bola matanya berputar- putar
m) Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan
buang air kecil
E.
Klasifikasi Epilepsi
Kejang berkisar dari melotot bengong sampai gerakan
konvulsif yang berkepanjangan dengan disertai kehilangan kesadaran. Kejang
diklasifikasikan sebagai parsial, umum, dan taktergolongkan sesuai dengan area
otak yang terkena. Aura, yang merupakan sensasi pertanda atau premonitory,
terjadi sebelum kejang (mis. Melihat kilatan cahaya, mendengarkan suara-suara).
Kejang
Parsial Sederhana
Hanya jari atau tangan yang bergetar; atau mulut bergerenyut
tekterkontrol; bicara tak dapat dimengerti; mungkin pening; dapat mengalami
penglihatan, suara, bau, atau kecap yang taklazim atau tak menyenangkan—semua
tanpa terjadi kehilangan kesadaran.
Kejang
Parsial Kompleks
Masih dalam keadaan sedikit bergerak atau gerakan secara
otomatis tetapi tidak bertujuan terhadap waktu dan tempat; dapat mengalami
emosi rasa ketakutan, marah, kegirangan, atau peka rangsang yang berlebihan;
tidak mengingat peeriode tersebut ketika sudah berlalu.
Kejang
Umum (kejang Grand Mal)
Mengenai kedua hemisfer otak, kekuatan yang kuat dari
seluruh tubuh diikuti dengan perubahan kedutan dari relaksasi otot dan
kontraksi (kontraksi tonik klonik umum).
1.
Kontaksi diafragma dan dada simultan menyebabkan karateristik tangis epilektik.
2. Lidah
tergigit, inkontinen urine dan fecces.
3. Gerakan
konvulsif berlangsung 1 atau 2 menit.
4. Relaks
dan berbaring dalam koma yang dalam, napas bising.
a. Mioklonik
Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak,
sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau
berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.
b. Klonik
Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak,
repetitif, tajam, lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso.
Dijumpai terutama sekali pada anak.
c. Tonik
Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya
menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan
ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak.
d. Tonik- klonik
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang
terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu
tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh pingsan,
otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit
diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti
sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan
ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas.
Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti
pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih
rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah,
nyeri kepala.
e. Atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas
sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar.
Epilepsi ini terutama sekali dijumpai pada anak.
Status
Postiktal
Setelah
kejang, pasien sering bingung dan sulit untuk bangun, mungkin tidur selama
berjam-jam. Banyak yang mengeluhkan sakit kepala dan nyeri otot.
Menurut
Commision of Classification and Terminonology of the international league
againa Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai berikut:
I. Sawan parsial (fokal, lokal)
1. Sawan
parsial sederhana; sawan parsial dengan kesadran tetap normal
a) Dengan
gejala motorik
ü Fokal motorik tidak menjalar:sawan
terbatas pada satu bagian tubuh saja
ü Fokal motorik menjalar: sawan
dimulai dari satu bagiab tubuh dan menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga
dengan epilepsi Jackson
ü Versif: sawan disertai gerakan
memutar kepala, mata, tubuh
ü Postural: sawan disertai gerakan
lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu
ü Disertai gangguan fonasi: sawan
disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi – bunyi
tertentu
b) Dengan gejala somatosensoris atau
sensoris parsial; sawan disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima
pancaindra dan bangkitan yang disertai vertigo
ü Somatosensoris: timbul rasa
kesemutan atau rasa seperti ditusuk – tusuk jarum
ü Visual: terlihat cahaya
ü Audiotoris: terdengar sesuatu
ü Olfaktoris: terhidu sesuatu
ü Gustatoris: terkecap sesuatu
ü Disertai vertigo
c) Dengan gejala atau tanda gangguan
saraf otonom ( sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi,
dilatasi pupil)
d) Dengan gejal psikis( gangguan fungsi luhur)
ü Disfasia: gangguan bicara misalnya
mengulang sesuatu suku kata atau bagian kalimat
ü Dimnesia: gangguan proses ingatan
misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya
tidak pernah mengalami mendengar, melihat, mengetahui sesuatu. Mungkin mendadak
mengingat sesuatu peristiwa dimasa lalu, merasa seperti melihatnya lagi.
ü Kognitif: gangguan orientasi waktu,
merasa diri berubah
ü Afektif: merasa sangat senang,
susah, marah takut
ü Ilusi: perubahan persepsi benda yang
dilihat tampak seperti kecil atau lebih besar
ü Halusinasi kompleks ( berstruktur ):
mendengar ada yang bicara, musik, melihat sesuatu fenomena tertentu dan lain –
lain
2. Sawan
parsial kompleks(disertai gangguan kesadaran)
a) Serangan parsial sederhana
diikuti gangguan sederhana: kesadarna mula – muka baik kemudian baru menurun
·
Dengan
gejala parsial sederhana A1-A4; gejala – gejala seperti golongan A1-A4 diikuti
dengan menurunnya kesadaran
·
Dengan
automatisme. Automarisme yaitu: gerakan – gerakan, perilaku yang timbul dengan
sendirinya, misalnya gerakan mengunyah-ngunyah, menelan, wajah muka berubah
seringkali seperti ketakutan, menata-nata sesuatu, memegang kancing baju,
berjalan,dll.
b) Dengan penuruna kesadaran sejak serangan;
kesadaran menurun sejak mulai serangan
ü Hanya dengan penurunan kesadaran
ü Dengan automatisme
3. Sawan
parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik,tonik,klonik)
ü Sawan parsial sederhana yang
berkembang menjadi bangkitan umum
ü Sawan parsial kompleks yang
berkembang menjadi bangkitan umum
ü Sawan parsial sederhana yang menjadi
bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum
II. Sawan umum (konvulsif atau
nonkonvulsif)
1. Sawan
lena (Abvance)
a. Hanya
penurunan kesadaran
b. Dengan
komponen klonik ringan
c. Dengan
komponen atonik
d. Dengan
komponen tonik
e. Dengan
automatisme
f. Dengan
komponen autonom
Lena tak
khas, dapat disertai dengan: gangguan tonus yang lebih jelas, permulaan dan
berakhirnya bangkitan tidak mendadak
2. Sawan mioklonik terjadi kontraksi
mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot-otot,
sekali atau berulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur
3. Sawan klonik, pada sawan ini
tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot. Dijumpai terutama
sekali pada anak
4. Sawan tonik, Pada sawan ini tidak
ada komponen klonik, otot – otot hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak
5. Sawan
tonik-klonik
6. Sawan atonik, Pada keadaan ini
otot – otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran
dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini terutama sekali dijumpai pada
anak
III. Sawan tak tergolongkan
Termasuk
golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik,
mengunyah – ngunyah, gerakan seperti berenang, menggigil atau pernapasan yang mendadak
berhenti sejenak
KLASIFIKASI
INTERNASIONAL SERANGAN EPILEPSI
1.
Serangan partial
a.
Simptomaologi elementer (motorik, sensorik atau autonomic)
b.
Simptomatologi kompleks
ü Epilepsi jacksonian atau epilepsy
fokal
ü Psikomotor atau epilepsy lobus temporalis
Tidak selalu disertai gangguan.
ü Permulaannya fokal:biasanya kejan
unilateral atau terkedutnya jari-jari atau wajah yang dapat menyebar secara
progresif untuk mencapai seluruh isi tubuh tersebut
ü Kalau gejalanya sensoris maka
gambarannya serupa.
ü Biasanya masih sadar pada waktu
serangan tetapi tak dapat mengingat kembali apa yang telah terjadi.
ü Gangguan mental transient (tak
permanen), gerakan-gerakan otomatis tanpa tujuan (bertepuk tangan,
mengecap-ngecapkan bibir).
ü Tiba-tiba ingat kembali akan masa
lalu, halusinasi penglihatan atau pendengaran, perubahan personalitas, tingkah
laku antisocial dan perasaan yang kurang pada tempatnya. Terangsang oleh music,
cahaya silau dan rangsangan lainnya.
2.
Serangan umum
a. Tidak
ada
b.
Tonik-klonik
ü Petit- mal
ü Grand-mal Bilateral, simetris dan
tanpa permulaan fokal.
ü Kesdaran hilang selam beberapa
detik, ditandai dengan terhentinya percakapan untuk sesaat, pandangann yang
kosong atau kedipan mata yang cepat.
ü Hampir selalu pada anak-anak,
mungkin menghilang waktu remaja atau diganti dengan epilepsy tonik-klonik.
ü Serangan epilepsi klasik.
ü Biasanya didahului oleh aura.
ü Hilangnya kesadaran.
ü Spasme otot yang tonik dan klonik
yang bersifat umum.
ü Lidah mungkin tergigit.
ü Inkon tinensia kandung kemih dan
usus.
3. Srangan
unilateral Kebingungan mental dan amnesia akan kejadian serangan itu.
4. Serangan yang tidak diklasifikasikan.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan : untuk mendeteksi lesi
pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral
2.
Elektroensefalogram(EEG) : untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan
3.
Magnetik resonance imaging (MRI)
4. Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar
alkohol darah.
G.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program
jangka panjang dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing pasien.
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang
sesegera mungkin, untuk menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk
mempertahankan pasien dalam status bebas kejang.
1. Tetapkan jalan nafas dan
oksigenasi yang adekuat (lakukan intubasi bila perlu); lakukan pemasangan
infuse untuk emberian obat-obatan dan pemeriksaan darah.
2. Berikan diazepam intravena dengan perlahan
dalam upaya untuk menghambat kejang.
3. Berikan medikasi antikonvusan
lain (fenitoin, fenobarbital) sesuai yang diharuskan setelah pemberian diazepam
untuk mempertahankan status bebas kejang.
4. Pantau tanda-tanda vital dan status
neurologis secara terus-menerus.
5. Pantau EEG untuk menenukan sifat dari
aktifitas epiletogenik.
6. Gunakan anastesia umum dengan
barbiturate erja singkat, jika pengobatan awal tidak memberikan hasil.
7. Ukur konsentrasi dalam serum dari obat
antikonvulsan yang digunakan pasien.
8. Pasien dapat mati akibat keterlibatan depresi
jantung atau pernapasan.
9. Kaji potensial
pembengkakan serebral postiktal.
Terapi
Medikasi
TERAPI
MEDIKASI YANG DIGUNAKAN UNTUK MENCAPAI KONTROL KEJANG
1. Pengobatan biasa adalah terapi dosis tunggal.
2. Pengobatan antikonvulsan utama termasuk
karbamazepin, primidon, fenitoin, fenobarbital, etosuksimidin, dan valproate.
3. Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan
pemeriksaan laboratorium untuk pasien yang mendapatkan obat yang diketahui
mempunyai efek samping toksik.
4. Cegah atau control hyperplasia gingival dengan
hygiene oral yang menyeluruh, perawatan gigi yang teratur, an masase gusi
teratur untuk pasien yang mendapat fenitoin (dilntin).
Pembedahan
Pembedahan
Ø Diindikasikan bila epilepsy
diakibatkan oleh tumor intracranial, abses, kista, atau anomaly vaskuler.
Ø Pengengkatan secara pembedahan pada
focus epileptogenik dilakukan untuk kejang yang berasal dari area otak yang
terkelilingi dengan baik yang dapat diekksisi tanpa menghasilkan kelainan
neurologis yang signifikan.
Jenis obat
yang sering digunakan :
a.
Phenobarbital (luminal).
– Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas
rendah.
b.
Primidone (mysolin)
– Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan
phenyletylmalonamid.
c.
Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
– Dari kelompok senyawa hidantoin
yang paling banyak dipakai ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal,
fokal dan lobus temporalis.
– Tak berhasiat
terhadap petit mal.
– Efek samping yang dijumpai ialah
nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
d.
Carbamazine (tegretol).
– Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin
disebabkan pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga
carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.
– Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi
lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
– Efek samping yang mungkin terlihat ialah
nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi
hati.
e.
Diazepam.
– Biasanya
dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).
– Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan
karena penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.
f.
Nitrazepam (inogadon).
– Terutama dipakai
untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
g.
Ethosuximide (zarontine).
– Merupakan obat
pilihan pertama untuk epilepsi petit mal
h.
Na-valproat (dopakene)
– Obat pilihan
kedua pada petit mal
– Pada epilepsi
grand mal pun dapat dipakai.
– Obat ini dapat
meninggikan kadar gaba di dalam otak.
– Efek samping
mual, muntah, anorexia
i.
Acetazolamide (diamox).
– Kadang-kadang
dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan epilepsi.
– Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase
sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam
keadaan hiperpolarisasi.
j. ACTH
– Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis
pada spasme infantil.
H.
Pengobatan
a.
Pengobatan Kausal
Pada tiap penderita epilepsy harus diselidiki apakah ia
menderita penyakit yang masih aktif, missal tumor serebri, hematoma subdural
kronik. Bila demikian, kelainan ini harus segera diobati. Kadang – kadang
ditemukan lesi aktif/ progresif yang belum ada obatnya, misalnya penyakit
degeneratif. Pada sebagian besar penderita epilepsy, kita tidak dapat menetukan
adanya lesi ( idiopatik, kriptogenik) ataunya lesi sudah inaktif*sekuele),
misalnya sekuele karena trauma lahir, meningoensefalitis. Dalam hal seperti
ini, pengobatan ditujukan terhadap gejala epilepsy.
b. Pengobatan Rumat
Penderita epilepsy umumnyacenderung untuk mengalami serangan
kejang secara spontan, tanpa factor provokasi yang kuat atau nyata.
Tidak dapat diramalkan pula kapan bangkitan kejang akan
timbul. Timbulnya serangan kejang ini harus dicegah, karena hal itu dapat
menimbulkan cedera atau kecelakaan, disamping kejang itu sendiri dapat
mengakibatkan kerusakan pada otak. Untuk maksud ini, pada penderita epilepsy
diberikan obat antikonvulsan secara rumat. Pada saat ini terdapat bermacam –
macam oabt antikonvulsan yang dapat digunakan. Jumlahnya sedemikian banyak
sehingga sering kali sukar bagi seorang dokter untuk mengetahui dengan baik
mengetahui dosis, lama kerja, kerja ikutan, gejala intosikasi.
c.
Pengobatan masa akut
Status konvulsivus atau status epilepsy ialah keadaan dengan
serangan kejang yang berlangsung secara berturut – turut; serangan berikut
sudah mulai sebelum penderita sadar dari serangan sebelumnya.
Status konvulsivus merupakan keadaan gawat darurat sehingga
bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan kematian atau cacat di otak.
Kejang yang terjadi pada seorang anak harus segera
diberantas. Sedapat – dapat nya diberikan antikonvulsan yang bekerja cepat,
misalnya diazepam. Karena mas kerja diazepam singkat, pemberian nya perlu
diikuti obat antikonvulsan lainnya. Bila tidak ada diazepam, dapat diberikan
fenobarbital( luminal ).
d.
Pengobatan Medikamentosa
Pada epilepsy yang simtomatis dimana sawan yang timbul
adalah menifestasi penyebabnya seperti tumor otak, gangguan metabolic, maka
disamping pemberian obat antri- epilepsy diperlikan pula terapi kausal.
Beberapa prinsip dasar yang diperlu dipertimbangkan :
1. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat
dilihat factor pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan
2.
Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien
mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama
3. Obat yang diberikan disesuaikan dengan jenis
sawan
4. Sebaiknya menggunakan monoterapi
karena dengan cara ini toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan
menghindari interaksi obat
5. Dosis obat disesuaikan secar individual
6.
Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya :
a. Salah etiologi: kelainan
metabolisme yang tidak terdeteksi, adanya penyakit degenerratis susunan saraf
pusat
b. Pemberian obat anti epilepsibyang kurang tepat
c. Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur
d. Faktor emosional sebagai pencetus
e. Termasuk intratablr epilepsy
7. Pengobatan dihentikan setelah
sawan hilanh selama minimal 2-3 tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur –
angsur dengan menurunkan dosisnya.
e.
Pengobatan Psikososial
Pasien diberikan oenerangan bahwa
dalam pengobatan yang optimal sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien
harus patuh dalam menjalani pengobatannya sehingga dapat terbebas dari sawan
dan dapat belajar, bekerja, dan bermasyarakat secara normal.
I.
Proses Keperawatan
Pengkajian
1. Dapatkan riwayat kejang yang
lengkap; tanyakan tentang factor-faktor atau peistiwa yang mungkin encetuskan
kejang; dokumentasikan masukan alcohol.
2. Kaji
kelainan dari epilepsy terhadap gaya hidup.
3.
Pengamatan dan pengkajian keperawatan neurologis selama dan setelah kejang.
·
Diagnose
Keperawatan Kolaboratif
·
Status
epileptikus
·
Perencanaan
dan Implementasi
Tujuan
utama dapat mencakup pemeliharaan control kejang, pencapaian kepuasan
penyesuaian psikososial, dan peraihan pengetahuan, pemahaman tentang kondisi,
dan tidak terdapatnya komplikasi epilepsy.
Intervensi
1. Lakukan pengkajian yang
berkelanjutan dan pemantauan fungsi pernapasan serta fungsi jantung.
2. Pantau
tipe kejang dan kondisi umum pasien.
3.
Balikkan pasien ke posisi miring untuk membantu drainase sekresi faring.
4. Siapkan
peralatan penghisap untuk engatasi bahaya aspirasi.
5. Pantau
jalur IV dengan ketat untuk perubahan posisi selama kejang.
6. Pantau pasien dari cedera selama
kejang dengan memberikan bantalan pada pagar tempat tidur dan selalu lakukan
pengamatan yang konstan.
7. Jangan membatasi gerakan pasien selama aktifitas kejang.
Mengontrol
kejang
1. Kurangi ketakutan bahwa kejang dapat terjadi
secara tak terduga dengan kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang diharuskan.
2. Tekankan bahwa obat antikonvulsan
yang diprogramkan harus digunakan secara terus menerus dan bukan dalam bentuk
kebiasaan.
3. Kaji gaya hidup dan lingkungan
pasien untuk menentukan factor-faktor yang dapat mencetuskan kejang, misal: gangguan emosional,
stressor lingkungan baru, awitan menstruasi pada pasien wanita, atau demam.
4. Berikan dorongan untuk mengikuti gaya hidup
yang rutin dan sedang, diit (hindari stimulan yang berlebihan), olahraga, dan
istirahat.
5. Hindari stimuli fobia (missal: cahaya yang
menyorot, menonton TV), kacamata hitam aatau menutup satu mata dapat membantu.
6. Berikan penyuluhan penatalaksanaan stress.
7. Batasi minuman
beralkohol.
Peningkatan
mekanisme koping
Status epileptikus (aktivitas kejang berkepanjangan yang
akut) adalah serangkaian konvulsi umum yang terjadi tanpa pemulihan kesadaran
yang penuh diantara serangan.
1. Kejang listrik atau klinik berkelanjutan yang
berlangsung sedikitnya selama 30 menit, meski tanpa kerusakan kesadaran
sekalipun.
2. Pertimbangkan kedaruratan medic mayor.
3. Episode pembengkakan dan anoksia serebral yang
berulang dapat mengarah pada kerusakan otak yang fatal dan tak dapat pulih.
4. Factor-faktor umum yang mencetuskan status epileptikus
termasuk menghentikan obat antikonvulsan, demam, dan infeksi berulang.
Penyuluhan
pasien dan pemeliharaan kesehatan: perawatan di rumah dan komunitas
Perbaikan
Mental
1. Modifikasi sikap pasien dan keluarga terhadap
penyakit yang diderita, berikan informasi yang mengungkapkan tentang
fakta-fakta mengenai epilepsy.
2. Instruksikan pasien untuk membawa
kartu identifikasi medic atau mengenakan gelang identifikasi.
·
Konseling
Finansial
·
Berikan
konseling genetik jika diinginkan (transmisi hereditas dari epilepsy tidak
pernah terbukti benar)
·
Pertimbangan
Finansial
·
The
Epilepsy Foundation of America menawarkan program pesanan-per surat untuk obat
epilepsy dengan biaya minimum dan akses pada asuransi jiwa.
·
Rehabilitas
Vokasional
Contohnya:
The State Vocational Rehabilitation Agency, Epilepsy Foundation of America,
Veterans Administration, the US Civil Service Commision.
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
ReplyDeleteKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
Sabung Ayam Live Online Terbaik & Terlengkap!
ReplyDeleteTersedia Taruhan S128 | SV388 | KUNGFU Chicken
Bonus 10% Deposit Member Baru / Cashback 5 - 10% Setiap Minggu
Daftar >> Deposit >> Withdraw Sekarang Juga Di Website www. bolavita .site
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995